Assalamu’alaykum…
Postingan ini sejujurnya hanya
berisi curhatan tidak penting saja, namun entah kenapa saya tetap ingin
menulisnya di sini hehee. Jadi bagi yang tidak berkenan silakan skip saja untuk membaca postingan ini.
Memangnya ada yang baca?
Ramadhan sudah satu bulan lebih berlalu.
Mari flashback ke
beberapa hari sebelum ramadhan.
Di situ saya dengan semangat -palsu
mungkin- menuliskan beberapa targetan yang berharap akan bisa dicapai selama
bulan ramadhan. Sebenarnya targetnya juga tidak muluk-muluk. Beberapa
diantaranya seperti sholat tepat waktu, khatam 30 juz, beberapa sholat sunnah rutin
dan sebagainya. Sebenarnya jika dipikir-pikir, targetan ini tidak begitu wah
sehingga harus mengeluarkan usaha lebih. Tidak begitu wah juga sehingga
seharusnya bisa dilakukan pula di luar ramadhan.
Ada sedikit target yang tercapai
(mungkin sekitar 5%?). Yang lainnya? Saat itu saya berdalih sibuk. Memang apa
yang saya lakukan pada bulan itu? Saya sedang gencar-gencarnya mengejar target sidang
skripsi agar bisa diwisuda bulan agustus ini. Sayangnya sibuk ini juga
merupakan alasan kenapa saya mengabaikan bulan suci ini tahun lalu. Pada
ramadhan tahun lalu, saya melaluinya di tengah-tengah euforia KKN. Saat itu
bahkan lebih parah rasanya jika dibandingkan dengan tahun ini.
Padahal kalau boleh jujur,
seberapa sibukkah saya pada waktu itu? Tidak adakah waktu beberapa menit, untuk
sekedar sholat, tilawah, murojaah dan lainnya? Tidak adakah materi beberapa
ribu rupiah untuk dikeluarkan? Ada. Seharusnya ada. Tapi mengapa saat itu saya
bilang bahwa saya sibuk?
Jujur, mungkin saya hanya sok
sibuk.
Mungkin sebenarnya sibuk itu
adalah alasan termudah untuk dikatakan?
Mungkin sibuk sebenarnya hanyalah
bentuk excuse lain dari kemalasan dan
keengganan saya sendiri?
Beberapa bulan yang lalu, ada
sebuah pesan dari grup WhatsApp saya. Grup ini berisikan orang-orang yang hebat,
tentunya kecuali orang yang username-nya
berinisial FQ. Pesannya panjang, tapi kurang lebih penutupnya seperti ini.
“Sesibuk-sibuknya kamu, kamu
pasti akan meluangkan waktumu kalau hal itu kamu anggap penting.”
(Mungkin kata-katanya sudah
banyak termodifikasi seperti resep-resep di blog ini yang sudah saya tampilkan.
Saya memang tidak terlalu pandai menjaga memori.)
Nah!
Apa saat itu, saya menganggap
ibadah kepada Allah bukanlah hal yang penting?
Meski sudah banyak sekali
pertolongan yang sudah Allah berikan kepada saya, dan saya tetap …?
Sebenarnya Allah ada diprioritas
saya yang ke berapa?
Berbekal pengalaman tahun
sebelumnya, seharusnya saya belajar dan
sudah mengerti. Apakah saya termasuk seseorang yang -maaf- bodoh untuk memahami
pelajaran yang diberikan? Pelajaran dari guru di sekolah, mungkin tidak.
Pelajaran kehidupan, mungkin saya memang belum pintar.
Ramadhan selanjutnya berlalu, terlewatkan
begitu saja.
Bulan syawal datang. Saya kembali
melakukan kebodohan yang sama. Puasa syawal yang sejatinya dilakukan selama 6
hari, hanya saya lakukan 4 hari. (Semoga Allah menerima puasa saya.) Ah, syawalnya
masih lama kok. Ah, besok masih syawal kok. Saya sibuk mengatur jadwal dan
urusan pre serta pasca sidang terbuka. Saya sibuk mengurus wisuda.
Ah ah sibuk sibuk… alasan itu
lagi. Kapan sebenarnya saya mau belajar?
Beberapa minggu yang lalu saya
kembali menerima pesan dari sebuah grup WhatsApp yang juga beranggotakan orang-orang
hebat (kecuali username yang
berinisial FQ).
“Saat bulan ramadhan kita
berlomba-lomba untuk meningkatkan ibadah. Namun seusainya? Kita kembali lagi dengan
ibadah kita seperti sedia kala. Sebenarnya kita ini hamba Allah atau hamba
ramadhan?…”
Seharusnya kita adalah hamba
Allah. Kita adalah hamba Allah, baik di bulan ramadhan maupun bulan lainnya. Kalau
kita mengaku sebagai hamba, bukankah seharusnya apa yang kita perbuat
benar-benar mencerminkan penghambaan kita kepadaNya? Dua belas bulan, apakah
selamanya saya terus-terusan mengaku sibuk?
Mungkin sibuk sebenarnya hanyalah
bentuk excuse lain dari kemalasan dan
keengganan saya sendiri. Karena sesibuk-sibuknya saya, saya pasti akan meluangkan
waktu saya kalau hal itu saya anggap penting.
Semoga kita termasuk dalam
golongan orang-orang yang hebat dan beruntung. Semoga kita bisa lebih pintar
dan memahami, tahun ini dan tahun-tahun berikutnya.
Wassalam….
No comments:
Post a Comment
Hai haaaaiiii terimakasih sudah mampir ke blog My Rustic Dishes.
Kalau ada yang kurang jelas, atau ada yang ingin ditanyakan silakan tinggalkan komentar di sini :)
Komentar kalian akan membuat blog ini lebih hidup. Terima kasih, You guys are awesome! :D