Thursday, 31 December 2015

EKSPERIMEN ROTI TAWAR (LOAF), Rasa yummy, Namun Kurang Berhasil

Wah sudah akhir tahun! Pada artikel kali ini saya mau sharing tentang pengalaman kegagalan ngeroti saya tahun ini. Sudah pernah beberapa kali membuat roti (loaf). Roti yang satu ini memang agak susah dibuat, setidaknya menurut saya. Berikut adalah foto-foto kegagalan saya (+ kemungkinan kesalahan) dalam mebuat roti (loaf) yang masih terdokumentasi.

1. Super failed white bloomer
Roti ini merupakan roti pertama kali yang benar-benar saya buat sendiri. Hasilnya terlalu mengerikan, sehingga fotonya sudah tidak saya simpan lagi. Tekstur roti ini Subhanallah…. keras sekali, seperti stick baseball mungkin hahaha. Letak kesalahanannya yang pasti karena jam terbang saya pada saat itu benar-benar nol. Selanjutnya mungkin karena adonan tidak saya uleni sampai elastis dan kurangnya waktu fermentasi. Foto di bawah ini merupakan foto adonan setelah diulen :

Terlihat sangat nggak banget ya? Seingat saya waktu itu saya hanya menguleni (atau mungkin adonan cuma saya pegang-pegang) selama beberapa menit saja, tidak sampai lima menit mungkin. Saya pikir selama sudah tidak lengket di tangan berarti sudah kalis. Ternyata tidak begitu. Hahaha :D
Saat mengoles adonan yang akan dioven dengan kuning telur, saya malah pakai tenaga badak. Adonannya jadi kempes lagi deh. Saya juga sok-sokan menaruh air di bawah loyang roti saat oven dipanggang. Mungkin saya juga terlalu lama memanggang roti dalam oven, jadinya over baked. Roti yang dihasilkan : keras, gosong di salah satu ujung, dan putih di tengahnya.
Hmm... sepertinya ini malah percobaan akhir tahun 2014? yasudah lah sudah terlanjur ditulis :p

2. Cheddar cheese loaf
Cheddar cheese loaf adalah roti yang saya buat setelah Hokkaido milky loaf. Ini artinya percobaan nge-loaf ketiga dimana seharusnya saya sudah cukup belajar. Namun nyatanya tidak. Saya melakukan modifikasi yang kelewat sok-sokan. Berbekal resep Hokkaido milky loaf yang sebelumnya sukses dieksekusi, saya tambahkan beberapa bahan sesuai keinginan lidah saya. Masuklah heavy cream, susu, dan keju cheddar dengan jumlah yang tidak wajar demi menjadikan roti semakin nyusu dan ngeju.

Kesalahannya? Tentu penggunaan heavy cream yang berlebih sehingga kandungan cairan terlalu banyak. Adonan pun tak kunjung kalis, akibatnya banyak tepung tambahan juga harus masuk. Waktu pemanggangan juga kurang sehingga menjadikan kue ini sedikit basah. Tapi soal rasa, enak, tapi sedikit di luar ekspektasi dan kapasitas lidah saya. Btw karena terlalu lama mengulen adonan roti, malamnya tangan, lengan atas dan pundak saya cekot-cekot pegal luar biasa, sampai sulit tidur.

3. Cinnamon loaf
Roti (loaf) ke-empat yang saya buat. Sejujurnya saya tidak ingat apa kesalahan yang saya buat. Yang saya ingat adonan roti sangat keras saat diulen sehingga saya mengeluarkan tenaga dan tekanan ekstra. Meskipun beberapa kali saya tambahkan air, namun adonan kembali keras setelah beberapa menit diulen. Begitu seterusnya hingga tangan saya sangat lelah dan pegal.

Pemanggangan roti sepertinya juga sedikit berlebihan. Roti yang dihasilkan sedikit kering, namun tidak keras seperti roti pertama yang saya buat. Bagaimana dengan rasanya? ini manis yang paling pas sesuai dengan sweet tooth saya. Warnanya juga cantik, cokelat merata dan tidak gosong. Btw lagi, kondisi tangan, lengan atas dan pundak saya sama seperti pada poin ke-2 di atas, pegal nyut-nyutan dan sampai sulit tidur.

4. White bloomer
Loaf terakhir yang saya buat sejauh ini, dan sampai saat ini saya masih sedikit trauma dengan loaf. Sebenarnya proses dari awal hingga fermentasi ke-dua tidak ada masalah. Masalahnya terletak pada saat roti masuk otang.

Saya sudah sedikit lebih mengenal si otang, setidaknya itulah yang saya kira. Roti yang dipanggang dengan otang biasanya berwarna pucat dengan sedikit semburat kecoklatan, meskipun demikian roti sebenarnya sudah matang. Tapi ternyataa…. loaf ini berbeda. Entah mengapa, roti (loaf) dan roti-roti yang berukuran besar lainnya lebih cepat mengeluarkan warna kecokelatan dibanding roti yang memiliki ukuran mungil.

Seharusnya roti ini dipanggang > 30 menit dengan otang. Namun saat saya melihat warna roti yang mulai keemasan di pinggirannya, saya berpikir bahwa roti sudah matang. Padahal saat itu sepertinya roti baru dipanggang < 20  menit. Roti saya keluarkan dari otang, didinginkan sejenak dan saya iris. Tentu saja bagian dalam roti belum matang. Saya mencoba menyelamatkan si roti dengan memasukkannya kembali ke dalam otang. Sayangnya roti ini tidak banyak berubah. Ya sudah, saya ikhlaskan lagi-lagi untuk membuat roti bakar.


Hikmah dari sekian banyak kegagalanku dalam mebuat roti adalah, jangan sok-sokan modiikasi resep. Nah, masalahnya kadang hati mengambil alih logika hahaha. 
Lalu, jangan takut untuk mencoba. Walaupun ada kemungkinan gagal. Namun kalau sama sekali tidak mencoba artinya 100% gagal bukan? Sekian saja cuap-cuap kepanjangan dari saya. Ini ceritaku, apa ceritamu? :)

No comments:

Post a Comment

Hai haaaaiiii terimakasih sudah mampir ke blog My Rustic Dishes.
Kalau ada yang kurang jelas, atau ada yang ingin ditanyakan silakan tinggalkan komentar di sini :)

Komentar kalian akan membuat blog ini lebih hidup. Terima kasih, You guys are awesome! :D